Pada
Senin, 15 April kemaren semua anak Kebendaharaan Negara melakukan studi tour
dengan tema “Aku Cinta Budaya Nusantara” ke Bandung. Di sana kami akan
mengunjungi Museum Sri Baduga yang merupakan Museum Jawa Barat dan Saung
Angklung Udjo. Saya merasa sangat senang sekali dengan adanya acara ini, karena
mungkin ini adalah study tour resmi yang disetujui pihak sekretariat STAN dan
spesialisasi Kebendaharaan Negara yang pertama kali merasakannya. Bangga wes
sama kerja keras panitia dari FOKMA (Forum Komunikasi Mahasiswa Anggaran) dan
pelayanan yang benar-benar prima dan sepenuh hati dari Bidang Akuntan STAN :D
Buat study tour ini kami hanya dikenakan biaya Rp30.000,00 itu udah termasuk
transport PP menggunakan bus yang bagus, makan siang dan malam, snack yang
berkali-kali sampai saya merasa muak, tiket masuk Museum dan tiket Saung
Angklung. Terbuaek kan? Hahahaha
Nah di
Museum Sri Baduga kami mendapat kertas kerja untuk mencari penjelasan tentang
berbagai gambar yang ada. Di Saung Angklung Udjo kami mendapat tugas untuk
membuat laporan hasil pertunjukan. Nah ini dia ni yang mau aku bagikan sama
kalian sakaligus mengisi kekosongan blog yang hampa.. huhuhu
Saung
Angklung Mang Udjo merupakan sanggar seni sekaligus sebagai tempat pertunjukan
seni, laboratorium pendidikan dan juga sebagai obyek wisata budaya khas daerah
Jawa Barat dengan mengandalkan semangat gotong royong antar sesama warga desa.
Tempat 'nyeni' ini didirikan oleh Udjo Ngalagena (Alm) yang akrab dipanggil
dengan Mang Udjo, dan istrinya yang bernama Uum Sumiati pada tahun 1966. Saung
Angklung Mang Udjo juga dikenal dengan nama Saung Angklung Udjo (SAU).SAU
berusaha mewujudkan cita-cita dan harapan mendiang Abah Udjo yang atas
kiprahnya dijuluki sebagai Legenda Angklung.
Pertama
kali saat sampai di halaman parkir sekitar pukul 17.00, saya kebingungan saung
Udjo itu yang mana sih karena ada begitu banyak pondok-pondokan. Saya kemudian
bertanya kepada teman yang orang Sunda, arti saung itu apa sih? Ternyata sauang
itu memang benar seperti pondokan. Kalau orang bugis mungkin hampir sama kayak
bale-bale. Ternyata saung yang menjadi tempat pertunjukan itu agak masuk ke
dalam. Begitu turun dari bus, saya langsung masuk ke toko souvenir, disana
dijual beranekaragam pernak-pernik khas Sunda, terutama angklung. Barang yang dijual
di sini adalah gantungan kunci, kaos, kipas, gelang, sandal, tas, sampai
replika angklung, belt cewek, kalung, dompet, dan masih banyak lagi. Di sana
saya membeli souvening angklung mini dan gantungan kunci buat pacar. Ahahahaha.
Harganya relatif terjangkau sih, cuman ya memang kebanyakan merupakan
pernak-pernik untuk cewek, susah mencari oleh-oleh yang pas dan murah meriah
untuk cowok. :I
Setelah
beberapa saat berbelanja, kemudian toko souvenir didatangi banyak turis asing.
Waww.. saya sangat takjub sekali, ternyata tempat ini rame. Para turis ini
telah selasai menonton pertunjukan jam 15.30, Jadwal pertunjukan di SAU adalah
tiap jam 15.30 dan 18.30. Sekitar pukul 18.00 saya telah selesai berbelanja.
Kemudian saya menemani teman saya yang akan melaksanakan ibadah sholat. Sembari
menunggu, saya iseng-iseng berjalan-jalan di sekitar area saung.. karena sudah
malam, gelap dan hujan, suasana disekitarnya agak sedikit menakutkan. Namun,
begitu berjalan beberapa langkah, tampak suara gadung di bawah sinar lampu,
saya bersama seorang teman pun mendekatinya. Ternyata itu suara anak-anak yang
sedang latihan untuk pertunjukan. Tempatnya bagus banget, bener-bener asri,
seandainya datangnya agak lebih cepat, mungkin capture gambar kamera pinjaman
saya lebih bagus. Ahahahha *aku gak modal.
Sekitar
pukul 18.25 kami pun bersiap-siap ke arena pertunjukan, saat mengambil duduk
saya bersama 2 orang teman (Mitzah dan Nunik) kebingungan, teman-teman yang
lain pada dapet es krim dan kami tidak T.T ternyata kami harus masuk melalui
pintu masuk untuk mendapat es krim. Dan tidak hanya itu ternyata kami juga
masih mendapat souvenir berupa kalung berbandul angklung serta brosur. Wow,
senengnya. Xixixixi.
Acara
pertama/pembuka dari Pertunjukan Bambu Petang ini adalah demonstrasi wayang
golek. Wayang golek khas tanah sunda yaitu pementasan sandiwara boneka kayu
yang menyerupai badan manusia lengkap dengan kostumnya, yang pada mulanya
sering dipentaskan sebagai bagian upacara-upacara adat seperti : upacara bersih
desa, ngaruwat, dll, oleh seorang dalang. Ditinjau dari filsafatnya, kata
wayang yang berarti bayangan, merupakan penecerminan dari sifat dalam jiwa
manusia, seperti angkara murka, kebajikan, serakah, dll. Jadi ada dua macam
sifat dari wayang golek, yang baik biasanya dipegang dengan tangan kanan, dan
yang jahat dipegang dengan tangan kiri. Dalam setiap pementasannya, wayang
selalu membawa pesan moral agar kita selalu patuh pada Pencipta dan berbuat
baik terhadap sesama. Siapa menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebahagiaan,
dan barang siapa melakukan kejahatan, maka ia akan menanggung akibatnya.
Umumnya,
pementasan wayang golek berlangsung lebih dari 7 jam, yaitu pada malam hari,
semalam suntuk sekitar pukul 20.00-21.00 hingga pukul 04.00. Di Saung Angklung
Udjo (SAU), hanya akan ditampilkan demonstrasi wayang golek, antara lain
peragaan bagaimana wayang berbicara, menari dan berkelahi sekitar kurang lebih
15 menit. Pertunjukan ini diriingi oleh alat musik gamelan. Meski kami tidak
mengerti bahasa yang digunakan namun tawa tak bisa ditahan ketika salah satu
wayang memukuli kepala wayang lainnya.
Berikutnya
adalah penampilan tradisi helaran. Helaran seringkali dimainkan untuk mengiringi
upacara tradisional khitanan maupun pada saat upacara panen padi. Angklung yang
digunakan adalah angklung dengan nada Salendro/Pentatonis yaitu nada asli
angklung Sunda yang terdiri atas Da Mi Na Ti La Da. Helaran ini sendiri
dimainkan dengan nada yang riang gembira, karena memang ditujukan untuk
menghibur dan untuk menunjukkan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat. Pada pertunjukan ini, Helaran dimaksudkan untuk upacara
tradisional khitanan. Pertama-tama disuguhkan tarian kuda lumping oleh bocah pria
yang diuruti dengan tarian bersama dengan murid-murid lain. Anak yang habis
khitanan dihibur oleh teman-temannya agar tidak merasakan sakit lagi.
Dilanjutkan
dengan pertunjukan arumba. Arumba adalah alat musik tradisional terbuat dari
bambu bertangga nada diatonic, dengan tahap menghasilkan nada yang harmonis dan
dinamis. Diciptakan pada tahun 1970-an, arumba merupakan singkatan dari A untuk
alunan, Rum untuk rumpun dan Ba untuk bambu. Di sini MC menyanyikan lagu Peyem
Bandung.
Selanjutnya
kami disuguhkan atraksi bermain angklung bersama, disini dibawakan 5 lagu
nusantara, yakni Bungong Jeumpa (Aceh), Pak Kecipak Kecipuk (Padang),
Kicir-Kicir (Batavia), Cublak-cublak Suweng (Jawa tengah), Yamko Rambe Yamko
(Papua) oleh para anak-anak.
Nah,
acara selanjutnya sangat menarik bagi semua pengunjung karena kami diajari
bagaimana caranya bermain angklung! Masing-masing pengunjung dibagikan angklung
yang ada nomornya (nada) dan kami diajari mengenal kode nada yang diberikan
oleh MC. Wow, tidak disangka kami akan bermain angklung, menciptakan
harmonisasi nada! Pengalaman yang satu ini benar-benar unik dan rasanya ingin
terus terulang. Beberapa lagupun mengalun seperti; I Have a Dream dan Burung
kakak tua. Kami semua hanyut dan tidak ingin berhenti bermain angklung! Tapi
pertunjukan tetap harus berlanjut.
Selanjutnya
adalah penampilan Orkestra. Sekarang angklung sering dimainkan sebagai
orchestra, sering juga dikombinasikan dengan permainan alat music seperti gitar,
perkusi, dll. Angklung dapat memainkan hampir semua jenis lagu, klasik,
komtemporer, pop serta mengiringi vocal. Di satu sisi, keistimewaan angklung
adalah alat music yang sangat menarik dibawakan secara missal, di sisi lain
permainan angklung yang baik akan tercipta bila antara pemain terdapat
kekompakan.. Disini dinyanyikan lagu terajana, dan para teman-teman dari STAN
ikut bernyanyi serta berjoget di panggung.
Yang
paling akhir dari Pertunjukan Bambu Petang ini adalah menari bersama pengunjung
diiringi permainan angklung. Suasana sangat meriah dan gembira. Puas adalah
kata yang tepat mewakili perasaan kami setelah menyaksikan Pertunjukan Bambu
Petang di SAU. Suasana ramah, tempat dengan aura seni yang kental, suara
angklung, riuh tepuk tangan, semua melengkapi kebahagiaan bisa berada di tempat
ini.
0 komentar:
Posting Komentar